Ramadhan Bulan Pembebasan

Bulan Ramadhan tak sekedar bulan yang hari-harinya dihabiskan dengan menahan rasa haus dan lapar saja, selebihnya Ramadhan adalah bulan pembebasan. Ramadhan pulalah yang membekali perjalanan hidup kita selam satu tahun dengan gemblengan jiwa, berupa kemampuan menahan hasrat dan nafsu kita yang senantiasa bisa membawa pada jalan kehinaan.
Pembebasan yang ditawarkan bulan ramadhan adalah pembebasan diri dari nafsu dan penawar bagi mazmumah (sifat tercelah). Pembebasan pada bulan ramadhan juga mencakup pada pembebasan manusia dari hawa nafsu yang selama ini diagung-agungkan hingga menjadi Tuhan bagi mereka.
Dengan bulan ramadhan orang bisa bebas dan suci dari pengarug lingkungan. Secara terperinci, suci dalam Islam artinya bersih. Nah, kesucian itu kemudian menjadi kotor karena pengaruh-pengaruh dari lingkungan. Pengaruh ayah, ibu atau lingkungannya. Supaya seseorang kembali pada kesucian, bebas dari pengaruh lingkungan, ia harus mensucikan kembali dengan menjalankan ibadah seperti shaum (puasa) dengan sebenar-benarnya, yaitu berhenti dari hal yang membatalkan puasa, berhenti dari perbuatan yang mengurangi nilai puasa. Setiap orang yang melaksanakan puasa dengan baik, ia akan kembali pada kesucian, jiwa yang fitri.
Mengendalikan nafsu memang sangatlah berat. Oleh karena itu, diperlukan ajaran khusus untuk menopang daya tahan manusia untuk melawan gempuran nafsu yang terus-menerus. Di samping Allah memerintahkan kita untuk berdzikir, mengingat kepada Allah di manapun berada, kita juga diperintahkan untuk berpuasa. Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa merupakan latihan (exercise/al-riyadlah) untuk mengendalikan hawa nafsu. Latihan ini (berpuasa) penting karena hawa nafsu menyertai kita sepanjang hidup.
Maka di bulan ramadhan dengan solusi berpuasa yang ditawarkan akan membebaskan manusia dari nafsu yang tak terkendali. Nafsu yang tidak terkendali. Nafsu yang tidak diletakkan dalam rel ajaran agama. Oleh karena itu, puasa disyariatkan Allah sebagai mekanisme ruhaniah untuk melatih manusia membebaskan dirinya dari ketertindasan oleh nafsu dan membebaskan manusia pada umumnya dari berbagai ketertindasan yang disebabkan oleh keanggkara murkaan nafsu manusia.
Ramadhan jika dikaitkan dengan keadaan negeri kita sekarang yang semakin meningkatnya kemiskinan merupakan pembebasan dari kemiskinan itu sendiri, karena pada bulan ramdhan ini manusia dianjurkan untuk saling memberi dan mengasihani antar sesama. Misalnya, secara sosial, puasa, mengajarkan manusia untuk disiplin dan berempati terhadap orang miskin. Lebih jauh dari itu, tujuan puasa adalah bagaimana membebaskan manusia dari kemiskinan, dengan ditunaikannya zakat fitrah. Dengan ditunaikannya zakat, secara intrinsik terkandung larangan untuk korupsi, karena korupsi bertentangan dengan nilai-nilai yang melekat dalam zakat.
Secara sosial, ramadhan membebaskan dari dosa kepada sesama manusia yang “dikemas” saling maaf memaafkan di bulan Syawal. Filosofinya, dikatakan bahwa salah satu ciri orang yang takwa siap saling-memaafkan orang lain. Nah, itu diwujudkan dalam silaturahmi jadi lahirlah mudik. Dari kota pulang ke kampung dengan segala konsekuensinya. Jadi mereka bersilaturahmi dengan orang kampung. Mereka biasanya bawa oleh-oleh untuk orang kampung. Ya biarlah mereka, orang-orang kampung itu bisa menikmati hasil kerja kerabatnya di kota.

0 komentar:

Posting Komentar