Tentunya masih segar diingatan kita kecelakaan motor yang menewaskan Ustad Jefri al-Buchori. Dilihat dari banyaknya orang yang melayat dan menyembahyangkan jenazah Ustad Jefri al-Buchori atau yang biasa disebut Uje, banyak orang Indonesia yang merasa kehilangan. Samapi 40 harinya pun orang yang mendoakan Uje masih bejubel dan rumah beliau sampai tidak muat untuk menampung orang yang ingin mendoakan beliau.

Air mata banyak tumpah mengiringi kematian beliau, wartawan pun merapat ke kediaman beliau untuk meliput. Bahkan ada salah satu media televisi meliputnya secara eksklusif kematian Uje, mulai dari hari pertama beliau meninggal hingga tujuh harinya ditayangkan secara langsung. Orang-orang terdekat Uje diwawancarai dan diminta untuk bercerita seputar kehidupan Uje semasa hidupnya.

Peliputan media atas kematian uje ini secara sekilas memang baik sehingga masyarakat Indonesia tahu dan secara langsung bisa mendoakan Uje dari rumahnya masing-masing. Peran utama media memang menyampaikan apa yang ingin diketahui media dan tentunya berita tersebut layak konsumsi. Tapi belakangan ini peran media bergeser menjadi pemaksa masyarakat untuk mengkonsumsi berita yang disajikannya, berita tak penting yang selalu ditayangkan berulang-ulang kali. Kalau anda jeli memperhatikan perilaku media dalam menyajikan berita waktu meninggalnya Uje mulai dari hari pertama hingga hari ketujuh meninggalnya beliau, anda akan banyak menemukan berita-berita tak layak konsumsi yang berulang-ulang kali disajikan dilaya televisi anda.

Ekspos berlebihan oleh media terhadap keluarga Uje sudah bisa dikatakan diluar batas. Bahkan salah satu televisi swasta kita kesannya ingin mengorbitkan putra putri beliau untuk menjadi artis. Putri beliau yang bernama Adibah dicitrakan menjadi penyanyi lagus Islami, kebetulan meninggalnya Uje mejelang puasa dan momentnya menurut media sangat pas untuk mengorbitkan dan membentuk sesuai yang telah disetting oleh media.

Pasca kematian Uje keluarganya mendadak menjadi artis yang kesehariannya diliput media dan dikejar-kejar wartawan untuk dijadikan bahan berita. Banyak artis-artis yang datang ke rumah almarhum (dan tentunya dengan membawa wartawan infotaiment) dengan berbagai kepentingan masing-masing, mulai dari yang sekedar mengucapkan bela sungkawa agar bisa diliput media dan dijadikan berita, membuat agenda sendiri dari menajemennya yang berkaitan dengan Uje, hingga artis yang mengadakan acara di rumah Uje dengan settingan media.

Ketika bulan puasa seperti sekarang ini aktivitas keluarga Uje seperti berbuka puasa juga tidak luput dari liputan media bahkan juga masih ramai dari kunjungan artis dan membuat acara buka bareng dengan keluarga almarhum Uje. Mendadak artis itulah keluarga Uje yang sekarang, seperti dulu ketika meninggalnya michle jackson yang tiba-tiba segala aktivitas keluarganya diliput oleh media seluruh dunia. Tapi hal itu tidak bertahan lama, dan itu juga akan berlaku dengan keluarga Uje.

Media tidak akan meliput lagi segala aktivitas keluarga Uje ketika tak layak jual di mata media. It'a all about business. Kematian Uje diliput besar-besaran oleh media karena Uje punya fans yang punya nilai jual ekonomis dan itu tidak disia-siakan oleh media ketika Uje meninggal untuk mengeruk keuntungan dari berita-berita yang disajikan terkait kematian Uje dan keluarga yang ditinggalkannya.

Anda sudah pada tahu kalau semasa hidup Uje beliau tidak hanya menjadi dai tapi juga merangkap artis, menjadi penyanyi, menjadi bintang iklan, dll. Inilah yang membuat Uje dikenal masyarakat Indonesia dan dapat mengumpulkan fans banyak dimana mereka tidak selalu mengagumi Uje karena ceramah agamanya. Ada hal-hal lain yang layak jual dalam diri Uje selain ceramah agama yang disampaikan diatas mimbar dengan sorotan kamera televisi.

Cara Instan Para Penulis Maraup Untung Dari Kematian Uje
Tidak hanya media televis yang meraup untuk dari kematian Uje, media cetak seperti majalah dan khususnya buku dengan cepatnya bak jamur dimusim hujan terbit yang mengulas tentang Uje, mulai dari perjalan hidup Uje dan segala sesuatu yang berkaitan dengan Uje, anda akan dengan mudahnya menemukan buku-buku tersebut kalau berkunjung ke toko-toko buku terdekat.

Penulis-penulis baru yang masih diragukan kredibilitasnya bermunculan mengulas biografi dan sepak terjang Uje semasa hidupnya. Tren buku cepat ini di Indoesia belakangan ini memang lagi tren, tergantung isu yang lagi hangat. Namun ini sering kali tidak mengedapnkan kualitas, mereka hanya mengikuti moment dan hanya membuat judul menarik yang dipoles sedemikian rupa agar pembeli buku tersebut mudah tertipu dan membelinya.

Menulis biografi Uje sah-sah saja asal didukung dengan data-data yang akurat kalau perlu pengalaman empiris seperti orang-orang terdekat Uje. Tapi yang namanya pengerjaan tulisan yang berkualitas biasanya tidak secepat buku-buku yang beredar di pasaran pasca kematian Uje. Proses penulisan dan analisa data yang dipunyai juga membutuhkan waktu lama, belum untuk menyusun kalimat-kalimat agar mudah dicerna dan berkesan tidak murahan.

Kongklikong dunia penerbitan buku dan penulis-penulis yang mengejar honor semata memang bukan hal baru. Mereka menulis bukan untuk sebuah kebenaran dan kadang tidak bisa mempertanggung jawabkan apa yang ditulisnya dibuku, yang terpikirkan dalam benak mereka hanya materi saja meski terhadang harus copy paste dari buku lain, majalah, internet, dan koran.

Dalam tulisan ini sama sekali tidak mau menjelek-jelekan Uje dan keluarganya, saya cuma prihatin saja terhadap keluarganya yang dimanfaatkan oleh media kepentingan materi mereka. Mari kita tetap berdoa untuk almarhum Ustad Jefri al-Buchori agar segala amal dan kebaikannya diterima di sisi Tuhan dan keluarga yang ditinggalnya tetap tabah dalam menjalani hari-harinya tanpa Uje.
 Dilematika makam Sunan Giri sebagai makam yang disucikan oleh masyarakat Indonesia karena beliau salah satu dari sembilan Sunan yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Kalau anda mencari profile dan sepak terjang Sunan Giri dalam menyebarkan agama Islam anda tidak akan menemukannya disini. Tulisan ini muncul kerena keprihatinan saya terhadap kondisi Sunan Giri yang dari tahun ke tahun tak pernah berubah.

Yang tampak sekali perubahannya hanya sisi luar tempat menuju makam Sunan Giri. Tempat parkir dan jalan raya yang tak pernah sepi dibawah makam Sunan Giri selalu mengalami peningkatan dan selalu ada perbaikan. Sementara makam Sunan Giri sendiri seakan tak terawat. Mulai dari tempat masuk, yaitu tangga paling bawah hingga makam Sunan Giri sendiri masih seperti yang dulu, seperti lima tahun yang lalu waktu pertama kali saya menginjakkan kaki untuk membaca surat Yasin dan mengharap berkah dari ke-wali-an beliau.

Saya sering berkunjung ke makam Sunan Giri dan selalu menyempatkan diri ketika saya ke rumah paman dan sanak family saya yang kerja di Gresik. Dan yang saya lihat hanya itu-itu saja. Mungkin perkembangan yang bisa saya lihat kemarin (30/05/13) hanya ada sebuah bangunan gapura di tangga paling bawah dan juga perbaikan di bagian tangga yang dulu hanyalah semen plesteran biasa diganti dengan tehel putih yang sudah mulai banyak yang pecah. 

Sunan Giri masih seperti yang dulu, kumuh, kotor, sampah dibuang sembarangan dan dibiarkan menumpuk di sisi kiri jalan depannya pintu utama masuk ke makam Sunan Giri. Ini ironi sekali, Islam mempunyai jargon bahwa kebersihan bagian dari iman umat Islam, sementara di Suanan yang merupakan icon Islam sendiri tidak mampu menjaga kebersihan sebagaimana yang telah dianjurkan dalam Islam. 

Sunan Giri Memberi Berkah Bagi Pengemis
Jika anda berkunjugn ke Sunan Giri pada malam-malam biasa selain malam Selasa, Jum'at, dan malam-malam besar lainnya maka anda dengan jelas melihat pengemis berjejer disepanjang tangga masuk makam Sunan Giri. Tampang lusuh dan muka memelas yang dipaksakan agar anda rela mengeluarkan uang untuk dikasih kepada mereka (pengemis) sudah jamak ditemui jika anda ke makam Sunan Giri. Ini yang tak pernah berubah setiap kali saya berkunjugn ke makam Sunan Giri.

Saya memang anti pengemis, karena kalau sekarang pengemis itu motifnya beda dan sudah berbeda perspektif seperti ketika jamannya Nabi Muhammad dulu. Pengemis sekarang lebih kepada faktor mental dan malas bekerja untuk mencari nafkah. Selain itu pengemis sekarang tidak pandang tempat. Buktinya mereka tidak pernah berpikir kenapa mereka mengemis di makam Sunan Giri, yang terpikirkan oleh mereka hanya bagaimana mendapatkan uang semata.

Mengemis di tempat suci memang tidak etis apalagi sampai mengganggu jalan dan kenyamanan orang yang hendak berziarah ke makam Sunan Giri ini. Pandangan orang-orang tentang pengemis memang beda-beda, tapi saya yakin setiap orang yang berkunjung ke makam Sunan Giri menginginkan steril dari pengemis. Apalagi pengemis-pengemis disana kadang memaksa seperti menyuruh anak-anaknya untuk membuntuti orang-orang yang mau masuk ke makam Sunan Giri untuk dimintai uang.

Untuk tulisan ini, saya jadi tidak tahu harus mengakhirinya dengan apa. Sebenarnya saya juga ingin menuangkan uneg-uneg saya mengenai pengurus makam Sunan Giri (kalau dalam bahasa Madura biasa disebut jhur konceh) yang sepertinya tidak begitu memperhatikan kebersihan makam Sunan Giri dan kenyamanan pelayat. Lebih ironisnya lagi (menurut pengamatan sempit saya) pengurus makam Sunan Giri itu lebih mengutamakan penghimpunan uang (atau yang biasa disebut sebagai amal) dari pelayat makam Sunan Giri. Pengurus itu bahkan berbaur ditengah-tengah pelayat yang sedang membaca al-Qur'an lengkap dengan kotak amal yang "memintanya" untuk diisi dan beberapa map yang tidak saya tahu apa isinya.

Dari semua uneg-uneg yang saya uraikan diatas memang tidak memberikan solusi, tapi setidaknya tulisan ini menjadi bahan bacaan atau bahan acuan ketika hendak berziarah ke makam Sunan Giri. Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Sunan Giri, pengurus makam Sunan Giri, dan orang-orang lain disekitar makam Sunan Giri, tulisan ini hanya pengamatan sempit saya yang sangat banyak kekurangannya dan bahkan tidak sesuai dengan realita yang ada. Bagi anda yang membaca tulisan ini silahkan amati keadaan makam Sunan Giri kalau anda henda berziarah kesana dan bandingkan antara tulisan saya ini dengan keadaan makam Sunan Giri. Kalau ternyata antara tulisan ini dengan keadaan makam Sunan Giri yang anda lihat berbading terbalik silahkan sampaikan kepada saya atau bisa juga anda tulis di kotak komentar dibawah ini.

Dokumentasi





Lahan basah bisnis telekomunikasi di Indonesia memang sangat menggiurkan. Apalagi Indonesia mempunyai penduduk lebih dari 250 juta serta penggunaan telpon seluler yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Nielsen, persentase pengguna telepon seluler mengalami penanjakan yang cukup besar yaitu tumbuh dari 23 persen menjadi 53 persen dalam 4 tahun terakhir. 

Bisnis isi ulang pulsa memang cukup memberi harapan bisnis yang cerah bagi yang pandai memanfaatkannya. Bisnis model ini mulai marak sejak tahun 2005, karena kebutuhan komunikasi jarak jauh dan tren telpon seluler yang mulai merambah ke pelosok desa, juga semakin menguatnya ekosistem telpon seluler harga murah buatan Cina, belum lagi tren smartphone yang membutuhkan pulsa lebih banyak untuk membeli paket data.


Berdasar itulah beberapa tahun terakhir agen-agen pulsa  banyak bermunculan bak jamur di musim hujan, entah itu di perkotaan maupun di pelosok desa. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini penjual beras lebih sedikit ketimbang counter handphone. Bahkan kita dengan mudahnya melihat agen penjual pulsa di warung-warung atau bahkan ada yang bekerja sambilan sambil menawarkan isi ulang pulsa di kantor, sekolah, dan kampus. Praktisnya pengisian pulsa mendorong siswa dan mahasiswa untuk berbisnis pulsa dengan pangsa pasar teman-teman sekelasnya dan teman yang satu sekolah/kampus.


Bisnis isi ulang pulsa sebenarnya sama seperti bisnis-bisnis lainnya, suatu peluang usaha yang tersedia dan siapa saja boleh menjalankan bisnis ini. Juga seperti prinsip bisnis lainnya, di mana ada peluang usaha maka disana pasti ada pembeli dan produsen yang menawarkan sebuah produk. Selanjutnya tergantung kreatifitas orang tersebut dalam menjalankan bisnis ini. Sebuah produk pasti memiliki sebuah nilai yang layak untuk di jual. Dalam dunia bisnis, sebuah usaha pada dasarnya sama, hanya yang membedakan adalah bagaimana produk itu di jual. Bagaimana strategi yang akan di lakukan, apakah harga yang ditawarkan lebih murah atau lebih mahal, yang jelas sebuah produk dapat ditentukan nilai ekonomisnya.


Tapi bisnis isi ulang pulsa berbeda dengan jualan barang atau bisnis lainnya, selain praktis, modal kecil, bisnis pulsa juga memberikan keuntungan berkesinambungan dan terus menerus asal dijalani dengan serius. Apalagi kalau kita sampai jadi master dealer pulsa elektrik, ketika anda mendapatkan seorang costumer dan costumer tersebut merasa puas dengan produk kita maka mereka akan terus menerus membeli produk kita.


Tren bisnis pulsa  mengalami pergeseran cukup signifikan, dari yang awalnya menggunakan sistem konvensional beralih ke digital, atau yang lebih dikenal dengan pengisian pulsa elektrik. Pengisian pulsa elektrik yang sangat praktis ini memungkinkan siapa saja bisa menjadi agen pulsa dan menjalankan bisnis pulsa dengan cara mereka masing-masing. Banyak anak muda yang menjalankan bisnis pulsa hanya bermodalkan telpon seluler yang mereka gunakan sehari-sehari. 


Ada banyak ide bisnis pulsa yang sudah dilakukan, termasuk memanfaatkan dunia maya seperti yang dilakukan oleh Pojok Pulsa dalam menjaring pelanggan dan reseller. Pojok Pulsa mempermudah reseller yang mau serius berbisnis pulsa seperti daftar gratis, pulsa murah dibanding dengan master dealer lainnya dan keuntungan-keuntungan lainnya. Kita tidak perlu lagi membangun counter HP fisik yang memerlukan biaya banyak, cukup bermodalkan telpon seluler pribadi bisnis pulsa pun lancar. Buat kita pembeli, kita tidak perlu lagi datang ke counter hanya untuk isi pulsa saja. Lebih murah dan menguntungkan.


Pojok Pulsa adalah sebuah perusahaan yang memang fokus memenuhi kebutuhan pulsa masyarakat Indonesia, dengan sistem online yang ditawarkan memberikan kemudahan dan kenyamanan untuk mengisi pulsa handphone kita, dimana pun kita berada dan kapanpun, kita sudah bisa bertransaksi mengisi pulsa handphone kita dan tidak perlu ke counter. Saya yakin Pojok Pulsa dipersenjatai server dengan kecepatan tinggi dan PC online yang selalu siap siaga agar cepat dalam memproses kebutuhan pulsa kita.


Peluang bisnis pulsa  real time semakin banyak peminatnya karena bisa membantu orang-orang untuk dapat mengisi pulsa sewaktu-waktu misalnya tengah malam. Selain itu karena bisa dilakukan oleh pemula dan barang dagangan tidak mudah rusak atau busuk, itulah alasan utama bisnis pulsa mudah dan menjamur. Dan saking menjamurnya coba kita hitung berapa counter pulsa dalam satu RT (termasuk tiap individu yang ikut berbisnis pulsa).


Pada akhirnya ini menimbulkan persaingan binis antar pebisnis pulsa. Inilah kenapa harga tidak boleh disepelekan bila kita ingin sukses di bisnis pulsa, baik itu online maupun offline. Harga yang pas tentu saja adalah harga yang sesuai standar. Ini artinya kita tidak menawarkan pulsa dengan harga di atas rata-rata. Untuk mengetahui harga ideal, tentu saja diperlukan penelitian yang mewajibkan kita untuk menyediakan waktu yang cukup.


Kita harus mengamati dan pahami fenomena yang ada di lingkungan sekitar atau tempat kita akan memulai bisnis pulsa. Keuntungan dari bisnis isi ulang pulsa relatif kecil, total 300 hingga 1.000 rupiah yang dapat diambil setiap transaksinya. Namun, perhitungkan juga berapa kali transaksi dalam satu hari. Perlu diperhatikan juga adalah persaingan bisnis yang sejenis, apabila banyak bisnis yang sejenis bahkan sama, tentu tak akan banyak transaksi yang akan didapatkan.


Terlepas dari kemudahan menajalankan bisnis pulsa, bisnis tetaplah bisnis yang tak pernah mudah bila berbicara tentang kesuksesan. Hal terpenting adalah mengetahui bidang yang sedang kita jalani, dalam hal ini berbisnis pulsa maka kita harus tau seluk beluk bisnis pulsa hingga sistem-sistem terkecil sekalipun. Singkatnya adalah kita harus berbisnis dengan pengetahuan yang cukup agar tidak tersesat. Kini banyak sumber yang bisa digunakan untuk mengetahui banyak hal tentang bisnis pulsa.


Selain pengetahuan yang cukup, tentu saja menyediakan sistem yang bagus sangat penting bila berbicara tentang sukses di bisnis pulsa, apalagi sekarang mulai marak bisnis pulsa online seperti yang dilakukan Pojok Pulsa. Salah satu sistem yang diperlukan adalah sistem pemesanan yang membuat pembeli senang. Sistem ini harus mudah dijalankan dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk pengoperasiannya. Jadi, meski bisnis pulsa itu gampang, kepuasan pelanggan tetap nomor satu.



Postingan ini dalam rangka Lomba Blog Pojok Pulsa
Mau Pulsa Gratis? Follow: @pojoktweet | Facebook Page Pojok Pulsa | Pojok Pulsa Google Plus Page

Mendukung Tumbuh-Kembangnya Start Up Lokal
(Sebuah Investasi Masa Depan Dalam Menyambut Generasi Technopreneur)


Pendahuluan
            Kita boleh bangga saat ini karena semakin banyak pemuda Indonesia yang terjun ke bisnis digital, atau yang lebih dikenal dengan start up, sebuah perusahaan rintisan digital yang mengkhususkan untuk fokus pada solusi berbasis teknologi yang kemudian dimonitisasi menjadi lahan menjanjikan untuk menambah pundi-pundi keuangan mereka. Peluang-pelung dibidang teknologi semakin tidak disia-siakan semenjak banyak inkubator-inkubator lokal yang mempertamukan pelaku start up dengan capital venture dan berbagai ajang bersekala nasional yang memberi penghargaan dan pembiayaan kepada start up terpilih.
            Perkembangan pesat teknologi digital dan terus meningkatnya penetrasi internet hingga ke pelosok negeri membuat start up tumbuh cepat dan bermetamorfosis menjadi bisnis digital. Selain yang disebutkan diatas, start up juga bisa disebut sebagai perusahaan pemula yang pada umumnya bergerak di bidang teknologi informasi dengan internet sebagai platform media utama.
            Bisnis digital menjadi tren di Indonesia dan terus berkembang pesat karena masyarakat Indonesia sudah mulai menyadari bahwa teknologi dapat mempermudah aktivitas mereka, seperti membeli barang, membeli tiket kereta api, pesawat, kapal, bis, dll. Semua dapat dilakukan dari rumah tanpa harus antri di loket pengantrian. Ini semua berkat pelaku start up yang ingin selalu mempermudah aktivitas masyarakat Indonesia yang semakin hari semakin sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
            Bisnis digital di Indonesia memang baru dimulai kalau melihat perkembangan pesat start up diluar luar ngeri yang sudah memulai terlebih dahulu. Tapi pelaku start up Indonesia masih mempunyai peluang besar mengingat gaya hidup masyarakat Indonesia yang bergeser dari konvensional ke digital. Masyarakat Indonesia mulai mencari-cari alternatif untuk mempercepat “segala sesuatunya” ketika mereka membutuhkan. Seperti berbelanja dan urusan-urusan lain yang masih bisa dikerjakan dengan bantuan teknologi.
            Perkembangan teknologi yang mengarah pada digitalisasi informasi dan komunikasi adalah sebuah keniscayaan bagi masyarakat Indonesia yang telah memberikan pengaruh besar dalam pemetaan industri di Indonesia. Digitalisasi sebagai salah satu hasil perkembangan teknologi menjadi modal utama para pelaku bisnis konvensional untuk dapat menyelesaikan setiap pekerjaan dengan cepat berkat bantuan para pengembang/developer yang terus menerus mempersembahkan karya terbaik mereka.

Dilematika Start Up Lokal
            Lahan basah di ranah bisnis digital Indonesia menjanjikan banyak peluang karena pesatnya penduduk Indonesia dan semakin postifnya respon masayarakat Indonesia terhadap teknologi. Peluang besar bisnis digital di Indonesia ternyata “dicium” oleh pelaku bisnis digtal luar Indonesia, dan mereka dengan cepat melebarkan sayap ke Indonesia. Publik juga sama-sama tahu, perusahaan digital di Indonesia mulai dari e-commerce, layanan pasang iklan gratis dan social media menduduki puncak teratas.
            Selain itu start up lokal masih sangat lemah ketika bicara soal uang untuk mempertahankan “nyawa perusahaannya”, sehingga dengan mudahnya mereka dibeli oleh pihak luar. Habis manis sepah dibuang, seperti itulah kondisi start up lokal belakangan ini, kalau melihat kasus jejaring sosial berbasis lokasi buatan anak negeri yang dibeli oleh perusahaan raksasa internet yang kemudian “dibuang” begitu saja dan sekarang jejaring sosial berbasis lokasi tersebut tidak diketahui rimbanya.
            Sementara di layanan pasang iklan gratis dan e-commerce yang paling menonjol dan paling banyak dikenal masyarakat Indonesia adalah layanan pasang iklan gratis dan e-commerce luar negeri. Mereka punya kekuatan finansial cukup besar dan membanjiri iklan televisi setiap malamnya. Dampaknya pun cukup signifikan, masyarakat Indonesia mulai dari tingkat bawah hingga tingkat atas hanya mengenal layanan pasang iklan gratis dan e-commerce milik asing tersebut.
            Di dunia game, Indonesia masih berkutat dalam pengembangan ekosistem agar bisa menggenjot pamor game-game besutan pengembang lokal. Para pengembang/developer game lokal terus berjuang mati-matian agar dapat menghasilkan game kualitas dunia. Tapi dilematisnya, antara pengembang game dan penerbit (publisher) game tidak pernah singkron dalam satu visi. Keduanya berjalan indvidual, pengembang game hanya berpikir menghasilkan game berkualitas tanpa memikirkan sisi bisnis, sementara penerbit game masih terlalu kaku menjalankan bisnis game lokal dan bahkan mereka kurang percaya diri jika harus membawa game lokal ke luar negeri.
            Sudah menjadi rahasia umum bahwa game-game produk luar negri selalu lebih unggul ketimbang game buatan anak negeri. Karena publisher game Indonesia selalu merogoh kocek dalam-dalam untuk mendapatkan lisensi game luar negeri, dan mengabaikan game buatan anak negari. Kendati mempunyai kualitas grafik dan alur cerita game tingkat dunia.
            Saya tidak sedang berbicara nasionalisme, tapi dilematika start up lokal memang sesuatu yang wajib diperjuangkan. Start up lokal harus mendapat kesempatan tumbuh dan mendapat hak yang sama dengan perusahaan digital luar negeri yang sudah dahulu memperoleh penghasilan di tanah air ini.

Start Up Lokal Harapan Indonesia di Masa Depan
            Indonesia punya warga negara diatas rata-rata soal pengembangan teknologi dan jiwa bisnis untuk mengembangkan start up yang baru berdiri. Buktinya jumlah pelaku bisnis digital selalu bertambah secara signifikan dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini. Beberapa ahli menjuluki pelaku bisnis digital ini sebagai generasi baru bisnis di Indonesia. Pesatnya pertumbuhan perusahaan start up lokal ini kedepannya akan mengisi sebagian besar potensi dan prospek finansial jenis ini di Indonesia.
            Perusahaan-perusahaan yang dulunya start up kini sudah menjelma perusahaan dengan omset bulanan hingga ratusan juta. Seperti Agate Sutdio dan Tiket.com yang dapat membuktikan diri bahwa start up lokal dapat menjadi tuan rumah di ngeri sendiri, juga sebagai pembuktian bahwa start up lokal bisa sukses tanpa bergantung pada orang asing. Produk Indonesia punya kualitas tinggi yang sekarang tinggal apresiasi kita saja terhadap karya tersebut, agar start up lokal tetap dapat memberikan karya terbaiknya.
            Memang tidak bisa dipungkiri bahwa start up lokal kebanyakan sekarang masih banyak mengadopsi ide-ide dari luar negei, tapi apa salahnya kalau kita menerapkan sistem Amati, Tiru, Modifikasi? Toh, ujung-ujungnya kreatifitas murni yang datang dari dalam diri pengembang lokal akan datang dengan sendirinya seiring semakin banyaknya belajar. Ini tidak instan, kita hanya perlu bersabar sedikit dan terus mendukung start up lokal sehingga dapat menyajikan karya terbaik mereka.
            Selain dukungan penuh pemerintah dan masyarakat Indonesia, kreativitas dan inovasi tanpa batas tentulah menjadi hal yang krusial dalam keberlangsungan perusahaan start up. Tak hanya itu, bantuan penentuan model bisnis yang tepat pun menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan. Hal-hal tak terduga kedepannya dalam bisnis digital menjadi tantangan tersendiri. Sekali lagi, menjawab tantangan perumusan model bisnis yang tepat untuk perusahaan-perusahaan start up lokal kita mutlak dilakukan karena dunia digital sifatnya dinamis.

Penutup
            Kita jangan terlalu mu­lu’-mulu’ dalam berharap bahwa Indonesia akan diperhitungkan di bisnis digital tingkat internsional, kalau kita sendiri sering silau dengan karya orang asing dan menganggap remeh produk yang dihasilkan anak negeri. Secara ekstrim (mungkin) kita boleh membajak buatan luar Indonesia, tapi katakan tidak untuk produk anak ngeri. Dengan tidak membajak hasil jerih payah start up lokal, kita telah memberi kesempatan untuk tumbuh berkembang dan dukungan penuh kepada mereka.
            Start up lokal tak akan tumbuh tanpa pengguna yang loyal, dan sudah semestinya kita berada dibaris paling depan menjadi pengguna loyal tersebut. Jangan lagi ada pecinta game Indonesia ketika peluncuran game lokal lebih memilih game bajakannya. Ketika melihat game lokal memposisikan dirilah sebagai pengembang game yang perusahaannya sangat bergantung pada pendapatan game tersebut. Juga buang kebiasaan lama yang maunya murah dan gratis.
            Terakhir, sudah saatnya pemerintah mengatur pembagian hasil antara start up dan penyedia konten (content provider) yang seharusnya lebih banyak mengalir ke start up, karena bagaimanapun merekalah yang punya produk dan mereka jugalah yang berjerih payah menghasilkan karya, content provider hanyalah kendaraan agar karya mereka sampai ke tangan pengguna. Jangan lagi ada start up lokal yang mengeluhkan karena skema pembagian pendapatan antara start up dan content provider yang tak berpihak pada start up. Apalagi dengan sistem payment gateway yang diterapkan operator selama ini selalu memperkecil pendatapan pihak start up.
Hal tersulit adalah melaksanakan apa yang ada di dalam kepala. Seperti menulis pada blog ini, padahal kalau dipikir secara sederhana hal ini sesuatu yang mudah untuk dilaksanakan. Menulis pada blog mudah karena kita punya kebebasan yang sebebas-bebasnya, kita boleh nulis apa saja yang kita mau, mulai dari tulisan yang paling "putih" hingga tulisa yang "hitam". Menulis di blog itu tanpa hambatan dan tanpa perantara, tapi tetap saja saya malas untuk menulisnya. Sekalipun saya sudah punya target dan draf tulisa yang cukup lengkap untuk memulai tulisan, tatap saja sulit sekali untuk terlaksana.

Benar juga semboyan dari iklan sebuah produk teknologi bahwa inovasi itu tak sekedar itu. Artinya butuh pelaksanaan dan tidak nyata ide tersebut, agar benar-benar dirasakan oleh orang lain dan diri sendiri pada khususnya. Tapi itu sulit sekali dan benar-benar membutuhkan pejuangan ekstra hingga "berdarah-darah". Ini masih tahap pelaksanaan untuk memerangi kemalasana yang ada pada diri kita sendiri, belum lagi hambatan-hambatan lain yang bakala menghadang, karena (sepertinya) sudah ditakdirkan bahwa sesuatu yang bermanfaat itu harus lulus uji coba hambatan ditengah jalan.

Itu cakupannya lebih luas, ini menulis yang katanya sederhana tatap saja sulit dilakukan. Saya jadi teringat ketika dulu semasa duduk di bangku sekolah ketika membaca curhatan-curhatan para penulisa besar yang sudah menghasilkan banyak buku dan buku-buku best seller. Yang sering saya temui dari banyak penulis itu (dari hasil yang baca) bahwa kesulitan mereka adalah menemukan ide untuk ditulis. Lah... kalau saya malah kebalikan dari itu, saya kebanyakan ide yang ingin ditulisa tapi tak pernah terlaksana karena berbagai faktor dan faktor yang paling menonjol itu adalah rasa malas.

Saya selalu ingin menuliskan apa yang saya temui dan biasanya mencatat di HP agar ide yang ingin ditulis (secara lengkap) itu tidak cepet hilang. Catatan dalam bentuk draf hingga judul kadang sudah jadi, bahkan saya memotret objek agar bisa dijadikan pendukung tulisan saya tersebut, seperti tulisan saya sebelumnya. Tapi apalah daya, catatan tinggal catatan dan gambar tinggal gambar yang cuma menambah beban RAM Memory HP saya. Ada satu yang terlaksana, tapi banyak sekali yang tak terlaksana. Ketika saya pikir lagi ternyata saya hanya hidup dalam mimpi dan angan-angan, angan-angan ingin menulis yang tak pernah tersampaikan.

Sampai sekarang pun saya masih belum menemukan obat paling mujarab atau trik untuk menghilangkan kebiasaan buruk ini. Meskipun ada (dari beberapa yang saya baca di internet dan buku) itu hanya berlaku beberapa beberapa hari saja pada diri saya, selebihnya akan kembali pada kemalasan-kemasalan menjanlani hari-hari tanpa identitas sebagai pekeja keras. Dan kemalasan-kemalasan itulahh yang membuat hidup enak sekali -> *pikiran pemalas tak punya masa depan.