Film Porno Itu Berjudul “Hantu Puncak Datang Bulan”


Film bertema horor memang selalu laris manis di pasar Indonesia, apalagi jika dibumbui dengan adegean-adegan vulgar. Bagitulah yang terpikiran dalam penggarapan film “Hantu Puncak Datang Bulan” dengan sajian-sajian adegan horor dan tidak lupa adegan vulgar untuk membangkitkan gairah penontonnya

Cerita singkat dalam film Hantu Puncak Datang Bulan, adalah sebuah film yang bertema horor-seks. Di mana film ini menceritakan sebuah rumah besar yang dijadikan tempat kos-kosan. Rumah kos ini sebuah bangunan lama yang sempat kosong tanpa penghuni, layaknya film-film horor lainnya. Pada akhirnya rumah ini dijual oleh pemiliknya karena ia selalu teringat akan kematian anak kesayangannya, Putri.

Kala itu, kekasih Putri marah akibat keinginannya tidak terpenuhi. Putri sedang lemah karena ia sedang datang bulan, tapi nasib berkata lain Putri ke atas dan dikejar sang pacar, kemudian memukul Putri hingga terjatuh dan meninggal. Pacar Putri pun kena setrum dan juga meninggal. Film ini dirilis 4 February

Sepertinya film ini melanjutkan sequel kontroversi film horor komedi berbau seks “Suster Keramas”. Film dengan judul Hantu Puncak Datang Bulan ini di bintangi oleh oleh Andi Soraya, Cynthiara Alona, Lia Trio Macan, dan Ferly Putra dan diproduksi oleh K2k Production. Dalm film ini ada adegan seks Andy Soraya membuka bra dan bergumul (mupeng) dengan seorang pria.

Bukan cuma itu saja, ada beberapa adegan erotis seperti halnya adegan striptease yang dilakukan oleh beberapa pemain lainya seperti Tessa Marisk dan Trio Macan —yang lebih dikenal dengan goyangan hotnya— juga akan turut memeriahkan film ini.

Berdalih Seni

“Lihatlah sisi seninya” begitulah kira-kira para artis kita saat adegan seksnya banyak menuai kecaman dari kalangan masyarakat, termasuk Andy Soraya. Dalam film berender horor-seks ini Andy Soraya melakukan aksi sensual dan seronok bahkan ada satu agedan dimana ia berani tampil bugil, meski begitu Andy Soraya mengaku adegan tersebut benar-benar semata sebuah hasil karya seni, bukan adegan bugil yang membangkitkan gairah. Apalagi diakuinya ada satu adegan yang dia dicomot dari penyanyi manca negara Jennifer Lopez

Alasan yang dikemukakan Andy Soraya menyangkut adegan seksnya, dia menyatakan apa yang telah dilakukannya itu adalah kegiatan sehari-hari yaitu buka baju dan hal itu adalah wajar, yang terpenting baginya bagaimana dia mengemas adegan vulagar itu seindah mungkin sehingga penonton melihatnya sebgai akting yang tidak menonjolkan sesualitas berlebihan

Dengan film terbarunya ini Andy Soraya tetap optimis kalau film yang dibintanginya akan diterima masyarakat luas dengan tidak mendapat kecaman sebgai film “porno”. Panatas saja Andy Soraya optimis dan berani beradegan bugil, kabarnya untuk melakukan adegan bugil tersebut dia mendapatkan bayaran yang cukup mahal.

"Untuk bisa membuka BH Andy. Harus bisa bayar mahal dong..." bagitulah ucapan Andy Soraya disela-sela wawancara dengan salah satu satasiun televisi swasta. Meski unjung-ujungnya tetap berdalih kreasi dan seni. Alih-alih berkreasi dengan mengatasnamakan karya seni, film terbaru Andy Soraya itupun bakal menuai kecaman dan pencekalan. Bahkan kabarnya Majlis Ulama’ Indonesia sudah mengambil ancang-ancang mengnai larangan pemutaran film tersebut

Sutradara Indonesia Miskin Imajinasi

Kasus-kasus serupa yang menimpa dunia perfilman kita belakangan ini tidak lain karena kurang kreativitasan orang Indnesia khususnya para sutradara. Maunya modal sedikit tapi untung banyak. Coba saja kita lihat isu heboh tentang mau menghadirkan Miyabi di film Indonesia dulu. Kalau memang menginginkan kualitas film yang baik dan aktor berkelas dunia kenapa tidak mengundang Jackie Chan atau yang lainya, kok malah bintang porno?

Itu semua sudah jelas menunjukan bahwa sutradar Indonesia kurang kreatif dan ingin merusak bangsa. Dan saran untuk MUI, daripada MUI ngurusin haramnya rokok, foto prewdding alangkah lebih baiknya mengurusi film indonesia ini. Biar pengrusakan moral anak bangsa tidak terus menerus. Karena meskipun sudah ada tulisan untuk 18+ tapi yang menonton anak 12 tahun juga boleh masuk, seperti halnya ke diskotik juga sama.

Alasan yang lain? Entah apa yang mendasari para pembuat film untuk terus memproduksi film bertama seks, atau mungkin kekurangan ide untuk membuat sebuah film yang inspiratif atau entah tingkat libido para pembuat film kelewat batas atau juga karena sebagian artis kita gemar ber-eksibisme alias puas jika tubuhnya dieksploitasi ke publik, atau memang negeri ini lagi sakit.

Film yang tergolong vulgar seperti film Hantu Puncak Datang Bulan ini memang cenderung akan mendapatkan kritikan dari lapisan masyarakat, dan seperti halnya film-film erotis yang sudah beredar duluan beberapa saat yang lalu, Suster Keramas yang dibintangi Rin Sakuragi misalnya, tak luput dari kritikan pedas dari elemen masyarakat, namun film itu tetap saja bisa tayang di bioskop-bioskop Indonesia.

Anehnya, film bertema horor-seks jika semakin di kritik, juga semakin tenar, begitulah salah satu gambaran mengenai film syur yang akhir-akhir ini banyak di produksi di Indonesia. Bahkan terkesan sutradara dan produser semakin berlomba-lomba untuk memproduksi film yang sama. Mungkin saja apabila film-film seperti ini bila tidak dikritik, maka akan lenyap beritanya ditelan bumi, dan tidak akan menimbulkan kehebohan di tengah-tengah masyarakat.

Sederetan film lain yang belum beredar namun masih tetap dibumbui dengan hal-hal yang berbau mesum, juga masih akan hadir dalam waktu dekat ini, salah satu film bersangkutan adalah film “18+ True Love Never Dies”, dimana didalam film ini juga Wulan Guritno sebagai pemeran utamanya juga turut akan melakukan aksi mesum, atau tepatnya mansturbasi.

9 komentar:

  1. entah karena Indonesia yang iri sama Jepang yang telah sukses dengan film-film pornonya dan memang terbukti telah banyak menghasilkan yang yang melimpah bahkan hingg mempunyai bintang porno kelas internasional yaitu Myabi

    BalasHapus
  2. Apa sebenarnya nilai dari sebuah film? apakah cuman hiburan atau seharusnya ada nilai2 pengetahuan dan etis yang harus dimunculkan... menyedihkan memang bila bermunculan film2 yang mengabaikan nilai moral budaya bangsa kita dengan dalih seni..
    Makasih artikelnya sob... mungkin di luar sana banyak yang tidak seide dgn saya...

    BalasHapus
  3. oh iya btw, koq azis nggak shooting nih? kan bentar lagi opera van java tuh hehehehe just kidding

    BalasHapus
  4. bagaimanapun media dalam bentuk visual ini memang banyak mempengaruhi masyarakat Indonesia, entah itu cara pandangnya dan semacamnya. Jadi, memang seharunya film-film yang ditayangkan haruslah memberi nilai-nilai pengetahuan khususnya bagi anak negeri ini
    dari segi moral pun media televisi juga bagitu kuat pengaruhnya terhadap gaya hidup remaja kita.

    BalasHapus
  5. iya nih.... lagi siap-siap
    ternyata shooting itu ribet banget
    hehehe...

    BalasHapus
  6. Walah Walah.... Belum Cukup Umur nih.... wkwkwkkwkwkw

    BalasHapus
  7. hehehe...
    yang cukup umur berapa bang?

    BalasHapus
  8. Ngeri ah...
    ada grepe2nya
    lebih ngeri daripada hantunya..
    he..he

    BalasHapus
  9. Kunjungan siang sebelum jam maksi :)

    BalasHapus