Sekolahku Rumahku, Guruku Ortuku


Matematika, Fisika, ditambah guru galak yang tak kenal kompromi dan saat mengajar tidak pernah tersenyum sedikitpun. Adalah hal yang paling membosankan dan bahkan merasa tertekan harus tetap duduk manis di dalam kelas (dipaksa) mendengarkan ceramahnya yang bikin ngantuk.

Waktu dirasa lambat, pikiran tak karuan diselimuti rasa jengkel, dan batin tersiksa setiap mengikuti mata pelajaran. Saat itu pula betapa sekolah menjadi tidak menggairahkan. Masuk sekolah tidak sepenuh hati dan karena terpaksa.

Kadangkala, meski pelajaran disukai namun diajarkan oleh guru yang tidak menyenangkan dengan metode yang serba semraut, hasilnya pun sama. Lebih parahnya, mempengaruhi mata pelajaran yang selama ini disukai menjadi tidak suka. Nilai yang biasanya selalu tinggi di mata pelajaran tersebut kini berubah menjadi anjlok.

Kita melihat sekolah sebagai musuh. Dan PR (pekerjaan rumah) adalah derita, selesai mengahabiskan waktu yang membosankan di sekolah. Ketika di sekolah sudah bagaikan “dipenjara” dan sesampainya di rumah masih tidak bebas begitu saja dari jeratan para guru-guru di sekolah.

Betulkan sekolah tempat yang membosankan, mengekang, dan membunuh semangat belajar siswa? Jangan-jangan benih berpetualang untuk mempelajari alam, dirinya dan lingkungan sudah dibunuh oleh guru-guru killer dan orang-orang sekelilingnya. Semua itu bergantung ke pihak sekolah dan guru-guru yang terhormat, bagaimana “memperlakukan” dan cara mendidik siswanya.

Sekarang, banyak siswa-siswa yang males sekolah, sebab sekolah itu bak penjara. Penjara yang lebih kejam dibanding penjara para pencuri. Penjara sekolah masih saja memaksa siswa-siswanya untuk membeli buku yang harganya selangit. Tapi di penjara sungguhan, tidak ada paksaan untuk beli buku. He he he...

Sekolah kita ini memang perlu revolusi, inovasi dan sistem baru yang membuat siswa betah di dalam kelas dan tidak malas pergi ke sekolah. Guru-gurunya harus lebih keras belajar.

Seharusnya Guru Itu...

Faktor yang paling membuat siswa betah di sekolah adalah guru. Percuma, fasilitas lengkap, ruang kelas berAC, tapi gurunya tidak pandai dalam membawakan materi pelajaran. Siswa akan tetap merasa bosan. Siswa hanya ikut belajar, meski dengan perasaan seperti “terpenjara”.

Inovasi guru dalam mengajar tidak bisa dipandang sebelah mata. Guru pintar belum tentu bisa mengajar dengan baik. Selain itu guru harus murah senyum. Datang ke sekolah tidak membawa masalah, melupakan persoalan yang ada di rumah. Jadi, faktor dominan adalah guru.

Berikut dari sekian banyak kiat-kiat agar siswa tidak bosan di sekolah dan semua itu ada pada guru, menurut yang saya alami, ada tiga;
• Metode

Kebanyakan bagi banyak guru di Indonesia ketika siswa malas sekolah, malas belajar, malas mendengarkan guru (ketika menerangkan pelajaran) selalu saja siswa yang disalahkan. Itu tidak adil. Bisa saja karena si guru tidak tahu metode mengajar yang baik.

Suksesnya guru di dalam kelas tergantung seberapa guru tersebut menguasai metode mengajar yang baik. Membuat cair suasana belajar, hingga membuat perasaan siswa tidak terkekang, betah, nyaman melewati detik demi detik bersama pelajaran meski terkadang dirasa begitu berat.

Agar siswa senang mengikuti pelajaran di kelas, guru perlu sekali-sekali membawa siswanya belajar di luar kelas. Misalnya, berdiskusi di alam bebas yang menyenangkan siswa. Metode seperti ini yang paling saya sukai. Karena selain belajar kita bisa refreshing.

Dengan metode yang ramah dan tidak menoton guru akan lebih memperhatikaan keadaan siswa. Memperhatikan bagimana siswa bisa mendapatkan pendidikan, pengetahuan, serta perhatian yang sesuai dengan karakter individu siswa masing-masing. Agar terbentuknya kepribadian yang baik dan juga brilian.

• Mengajak Mencari Jawaban Sendiri

Siswa salah dalam menjawab petanyaan guru adalah hal yang wajar. Yang tidak wajar, ketika siswa kurang tepat dalam menjawab lalu guru menyalahkannya. Guru adalah panutan bagi anak didiknya. Guru adalah orang tua kedua, maka haruslah dengan sepenuh hati dalam mendidik.

Siswa dengan rata-rata masih labil secara psikologi tak seharusnya dipaksa dalam mengemban tugas yang dibebankan. Dalam mengajar, hubungan guru – siswa harus layaknya orang – tua anak, tidak serta merta menyalahkan.

Seringnya menyalahkan siswa ketika tidak tahu menjawab pertanyaan adalah beban psikologis yang membuat siswa minder dan merasa dirinya tidak ada harganya.

Guru yang tidak langsung menyalahkan siswa ketika tidak tahu menjawab, siswa dengan sendirinya akan tertantang untuk mencari jawaban yang lebih tepat (benar). Maka disinilah peran besar guru dalam merangsang IQ siswanya, yaitu menuntun siswa mencari jawaban yang benar.

Karena secara alamiah siswa (remaja) memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi dan pantang menyerah. Seperti kita lihat pada anak yang masih berumur 1,5 tahun. Ia belajar merangkak, berdiri, berjalan tanpa memiliki rasa lelah dan patah semangat. Mengapa bisa demikian? Orang tua selalu mendukung, memberi dorongan, tidak pernah menakut-nakuti.

• Tidak Mengekang (Mengajar Dengan Kasih Sayang)

Ketika siswa malas sekolah guru haruslah menjadi angin segar dalam memotivasinya, yang paling penting guru harus mengasih pengertian akan manfaat dari sekolah dengan lapang dada dan penuh kasih sayang.

Guru harus bisa menumbuhkan dan tanamkan dalam diri siswa semangat berprestasi dan kreasi. Siswa jangan dipaksakan dan memaksakan kehendak siswa. Biarkan siswa berprestasi dan berkembang sebagai mana mestinya.
Artikel ini dimuat di Forum Muda KOMPAS JATIM, Sabtu 02 Oktober 2010

8 komentar:

  1. eh, jaman aku sma justru guru paling killer dan ditakuti semua anak menjadi guru idolaku loh, nilaiku selalu bagus di pelajaran dia xDD

    BalasHapus
  2. @Clara Canceriana;
    killer asalkan tau metode mengajar yang baik dan dan bisa menempatkan posisinya dimana hrusnya dia menjadi guru killer itu lebih baik. karena nanatinya siswa ga meremehkan figur seorang guru.

    BalasHapus
  3. Siswa sekarang memang motivasi belajarnya cenderung menurun. Dikerasin prustasi, dikendorin ngelunjak. Satu strategi terik ulur management emosional yang harus dikuasai guru. Benak siswa sekarang sudah melayang dunia luar sekolah dan sulit bahwa belajar keras sekarang akan lebih baik daripada tergiur menikmati sajian acara hiburan televisi, bermain internet, atau nongkrong di mall.
    Kesadaran profesi pendidik juga tercermin buruk rupa dari kartel bisnis buku yang terdiri dari pengarang, penerbit, koprasi sekolah , dan pemerintah juga ikut meikmati hasilnya pasti.

    BalasHapus
  4. @berwisata;
    image buruk di suatu lembaga sekolah seperti itu memang sudh menjadi rahsia umum. karena untuk menjadi PNS pun sekarang melalui jalan yang salah, dengan cara suap-menyuap. maka bisa ditebak hsilnya setelah menjadi guru seperti apa....

    mengenai anak didik yang tidak begitu mementingkan sekolah, disnilah peran seharusnya guru seperti disebutkan dibagian dalam artikel ini bahwa;
    Guru haruslah menjadi angin segar dalam memotivasinya (anak didiknya) bukan memanfaatkan anak didiknya untuk mempertebal kantong pribadi. Yang paling penting guru harus mengasih pengertian akan manfaat dari sekolah dengan lapang dada dan penuh kasih sayang.
    Guru harus bisa menumbuhkan dan tanamkan dalam diri siswa semangat berprestasi dan kreasi. Siswa jangan dipaksakan dan memaksakan kehendak siswa. Biarkan siswa berprestasi dan berkembang sebagai mana mestinya.

    BalasHapus
  5. memang cara penyampaian materi pelajaran dari seorang guru berpengaruh terhadap pemahaman siswa. kalau guru kaku dan kurang bisa mengambil hati siswa, bisa membuat siswa tidak menyukai pelajaran sekaligus guru tersebut.

    BalasHapus
  6. @Dwi;
    sepakat...
    jadi... kalo siswa males belajar jangan serta merta menyalahkan siswanya, tapi lihat terlebih dahulu gaya mengajar sang guru kayak apa...

    BalasHapus
  7. Siaahhhhh..... sjak kapan artikelnya mulai dimuat di Kompas bro????
    sippppppppppppppppppp............. lanjutkan....

    BalasHapus
  8. hahaa....... mimpi kali fan....... nguyon lil,,, spirit........

    BalasHapus