Tampilkan postingan dengan label Gayus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gayus. Tampilkan semua postingan
Sejak bergulirnya kasus Gayus, semakin membuktikan ketidak becusan kinerja aparat di bnegeri ini. Gembar-gembor sebelumnya akan memberangus koruptor nyatanya tak pernah kesampaian. Apalagi dengan hukuman yang terbilang cukup ringan untuk terdakwa kasus korupsi. Koruptor sekelas Gayus hanya dihukum tujuh tahun. Setelah itu akan diremisi ini itu, jadinya masa hukuman akan menjadi lima tahun.

Indonesia menjadi ladang subur koruptor untuk menumpuk uang sebanyak-banyaknya. Selain aparat yang tidak tegas dan kerdil ketika dibentak, juga makin menyuburkan praktek korupsi karena hukuman yang cukup ringan bagi maling negara ini. Kita akan membuktikan setelah kasus Gayus yang tak selesai mungkin ini akan muncul kasus-kasus serupa dengan hukuman ringan.

Dan sudah menjadi rahasia umum bahwa korupsi besar-besaran di negara ini tidak akan diusut tuntutas. Karena kalau diusut tuntas akan menyeret orang-orang istana yang sesungguhnya pelaku korupsi selama ini adalah mereka-mereka yang bertampang adem ayem dengan segala manuver pencintaraannya.
Ironi sekali negeri ini, menangkap jaringan teroris yang mempunyai jaringan internasional dengan mudahnya menumpas hingga ke akar-akarnya. Tapi menangkap Gayus seorang diri saja tidak bisa, padahal sudah jelas-jelas ada di depan mata dengan berbagai bukti-bukti sudah sangat jelas pula, sepak terjangnya dalam penggelapan pajak hingga keliahaiannya dalam menyuap orang-orang lapas tempatnya dipenjara.

Sekarang kita baru tahu bahwa kasus-kasus yang bersangkutan dengan pemerintahan di negeri ini sulit sekali mencapai titik final. Dalam ingatan ingatan kita masih sangat jelas, kasus Munir aktivis HAM yang meninggal dunia karena diracun, hingga sekrang penyelesaian kasusnya tidak diketahui rimbanya.

Sepertinya negara ini selama SBY memimpin tidak akan pernah bisa tegas. Pejabat dengan pikirin kritis dan berupaya tegas terhadap apa yang menjadi tugasnya akan diserang ramai-ramai oleh pejabata lainnya, seperti kasus (percobaan) disfungsi KPK kemarin. Begitu langka kebenaran ditegakkan di negeri tercinta ini.

Para pakar dengan segala teorinya untuk memperbaiki negeri sudah tidak berguna lagi, setiap teori-teori yang diutarakan layaknya ucapan-ucapan sampah yang tak layak dibawa ke istana dan gedung DPR. Dan orang-orang pencari kebenaran tak ada tempat di parlemen.

Para penghuni istana dan gedung DPR bukan lagi bekerja untuk rakyat, tapi bekerja untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Segala upaya dilakukan untuk mengekalkan kekuasaan. Dan mungkin kebanyakan masyarakat bawah masih belum sadar bahwa kepemimpinan sekrang sudah kembali lagi ke era orde baru, tapi dengan gaya baru.