Bersahabat Dengan Gempa

Belakangan ini, Indonesia seakan tidak pernah putus dirundung duka dengan bermacam bencana yang menimpa. Bencana gempa yang paling mendominasi akhir-akhir ini seakan menjadi mimpi buruk bagi masyarakat Indonesia.

Bencana yang berkesinambungan menambah jumlah pengungsi Indonesia, yang sebelumnya masih banyak tidak tertangani. Menambah daftar duka Indonesia, bencana-bencana alam yang entah kapan berakhirnya.

Indonesia telah masuk dalam daftar negara rawan gempa, gempa yang belakangan bertubi-tubi mengguncang Indonesia sudah cukup membuktikannya.

Kesedihan yang selalu menimpa negeri ini membuat masyarakat kita senantiasa akan terbiasa dengan bencana, baik cara pandangnya. Bersahabat dengan gempa bukan hal tidak mungkin, dan hal ini pula akan menjadikan Indonesia tidak terlalu cengeng ketika ada bencana lain yang mungkin akan menimpa dikemudian hari.

Indonesia termasuk negara rawan bencana. Meskipun pada akhirnya nanti, Indonesia mempunyai alat pendeteksi gempa, tapi secara mental masyarakat Indonesia masih lemah. Bersahabat dengan gempa adalah sebuah keniscayaan bagi warga negara yang rawan bencana
Bersahabat dengan gempa yang diimbangi dengan pengetahuan yang cukup mengenai gempa akan bisa membendung kecemasan masyarakat. Seperti di Bengkulu misalnya, telah diisolasikan tentang pengetahuan gempa oleh pemerintah, masyarakat Bengkulu lebih siap dibandingkan dengan masyarakat lain ketika bencan gempa melanda

Masyarakat Bengkulu kebanyakan mengetahui kapan mereka harus segera menyelamatkan diri ketika terjadi gempa. Karena itu, masyarakat disana juga relatif terbiasa dalam menghadapi gempa, termasuk gempa bumi berkekuatan besar.

Juga tidak akan menciptakan trauma yang berlarut-larut, karena memahami musibah yang menimpa

Mengurai Bencana Untuk Dipelajari
Bencana gempa yang mengguncang Tasikmalaya maupun Sumatra Barat merupakan musibah yang harus dipelajari dan senantiasa masyarakat bisa mengambil manfaat dibalik musibah tersebut

Bencan gempa dengan kekuatan besar yang telah menimpanya begitu sulit dihilangkan dalam benak masyarakat. Tidak mudah memang, bencana telah mengambil milik berharga secara pribadi dan bahkan orang yang dicintai.

Bencana telah menciptakan trauma hebat dalam diri masyarakat, lebih-lebih anak dibawah umur yang akan diingatnya sepanjang hidup. Tidak sedikit, musibah telah menghancurkan pandangan hidup masyarakat kedepan.

Meski untuk meratapi duka belum pasti kapan berakhirnya, suatu ketidak mungkinan jika masyarakat selalu merasa terpuruk dan berlarut-larut dalam keterpurukannya hingga tidak sadar untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang signifikan

Bencana tetaplah bencana yang harus diterima masyarakat dalam keadaan apapun. Semua element masyakarat dipaksa untuk menerima musibah yang sudah terlanjur menimpa. Sekalipun masih ada sebagian masyarakat yang tidak bisa menerima musibah tersebut, tetap saja musibah itu telah terjadi.

Mempelajari suatu musibah tidaklah cukup dengan meratapi. Tapi, mencoba bangkit dari keterpurukan dan mau menata hidup kembali. Menjadikan musibah yang menimpa sebagai introspeksi diri dan dijadikan cerminan untuk untuk hidup lebih dari sebelumnya

Belajar Menerima
Memang tidak mudah dengan tulus bisa menerima musibah yang telah memporak-porandakan semuanya. Barangkali, telalu pahit untuk sekedar diratapi bagi masyarakat yang tertimpa musibah. Dan tidak mudah melupakana “moment” pahit tersebut. Trauma ketika teringat musibah yang memporak-porandakan hidupnya

Mengenal musibah sebagai cobaan untuk tetap kuat dalam menjalani hidup. Pantang menyerah meski cobaan sering kali “membumbui” kehidupan. Hingga tercetak mental kuat dan selalu berusaha agar lebih baik.

Hal paling hebat ketika musibah menimpa adalah menerima dengan lapang dada musibah yang telah terjadi. Senantiasa dengan menerima musibah —karena hal itu telah terjadi— secara mental akan lebih kuat menjalani hidup kedepannya, dan bisa menata hidup kembali secara signifikan.

Merelakan semua yang telah direnggut akan mengubah mental yang lemah menjadi kuat, menjadikan pantang menyerah dan selalu introspeksi diri dalam hidup.

0 komentar:

Posting Komentar