Ilmu pengetahuan tidak bisa eksploitasi oleh siapapun, inilah yang coba disampaikan oleh film ini. Pada hakikatnya ilmu pengetahuan adalah milik semua orang, bukan milik perorangan apalagi dikomersialkan. Ilmu pengetahuan untuk kita gunakan bersama dalm hal-hal yang sifatnya positif.
Kalau kita amati sekarang dilingkungan sekitar kita, sebenarnya hal-hal yang hampir mirip dengan film ini banyak mudah kita temukan seperti eksploitasi pebisnis telpon seluler. Eksploitasi yang mereka lakukan bermacam-macam, mulai dari menekan tarif tinggi kepada pelanggannya (untuk komunikasi telpon dan internet/paket data), hingga pelayanan yang tak memuaskan namun ketika dibawa ke hukum masyarakat bawah selalu kalah.
Kita mungkin tak pernah menyadari bahwa setiap harinya kita dipaksa membayar setiap kali kita mau belajar melalui internet, contohnya ketika kita pakai modem dengan tarif yang masih relatif tinggi ketimbang di negara-negara lainnya seperti Siangapura, dll. Masalah tarif internet bagi pengguna jaringan GSM dan CDMA sebenarnya tidak seimbang dengan harga yang ditetapkan perusahaan. Koneksi masih lambat, sementara kita masih harus membayar harga yang sama.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa perusahaan telpon seluler kita hanya memberikan harga murah ketika mareka promo, setelah pelanggan terjebak dalam promo itu maka secara diam-diam pihak perusahaan menaikkan tarifnya. Lain lagi masalah infrastruktur yang dibiarkan begitu saja tanpa ada perbaikan dari perusahaan, ini salah satunya yang menyebabkan koneksi internet lambat.
Desa-desa sekrang mulai banyak tertanam tower menjulang tinggi, tidak hanya satu tower perusahaan telpon seluler saja, tapi mereka belomba-lomba membangun tower disetiap titik yang dipandang strategis. Meski sebenarnya tower-tower itu cukup mengganggu, masyarakat desa tidak pernah menyadarinya. Ini bentuk eksploitasi secara tidak langsung namun cukup merugikan kedepannya, masyarakat jadi tidak punya lahan lagi.
Perusahaan telpon seluler sampai saat ini masih arogan soal pembangunan tower, mereka mau membangun tower sendiri-sendiri. Tidak seperti di Negara-negara maju yang mau berbagai satu tower untuk semua perusahaan telpon seluler. Maka akibatnya ketika di kota-kota besar, tower-tower ini semakin menambah curat-marut dan sesaknya pembangunan di kota-kota besar.
Mengaca kepada film ini, perubahan-perubahan yang signifikan harus kita lakukan mulai dari sekarang, dan kitalah sebagai pemuda yang harus bergerak dalam menciptakan perubahan ini. Kita sudah tidak mungkin lagi mengandalkan petuah-petuah kita yang sudah mulai sibuk dengan urusan keluarganya.
Pemuda sebagai poros perubahan haruslah mencontoh film ini, mereka yang tanpa pamrih rela meluangkan waktunya demi bebasnya ilmu pengetahuan dan teknologi —yang belakangan ini sudah mulai menjadi kebutuhan pokok manusia modern. Inilah film yang patut kita tonton, apalagi bagi mereka-mereka yang tertarik dengan teknologi.
Film ini menjadi acuan bagi siapapun agar tidak gentar dalam memperjuangkan idealismenya. Jika kita tetap konsisten dan terus berusaha tanpa melihat ancaman sebagai hambatan, maka hasilnya akan selalu memuaskan dikemudian hari. Selain pembebasan teknologi, yang mau disampaikan lagi oleh film ini adalah konsistensi kepercayaan awal.
0 komentar:
Posting Komentar